by: http://zikanurfitri.blogspot.com/2012/09/kisah-cinta-dua-dunia.html
Alkisah di sebuah negeri tinggallah seorang gadis bernama Isabella. Saat ini Ia berusia 15 tahun. Ia adalah anak seorang petani yang serba kecukupan. Sehari-hari ia hidup dengan gembira meskipun ia harus bekerja keras untuk kehidupannya bersama ibunya. Setiap hari ia selalu membantu ibunya berladang. Ladang tersebut terletak tidak jauh dari rumahnya tetapi cukup dekat dengan hutan. Saat panen ia pun membantu ibunya untuk menjual semua hasil panennya di pasar. Hasilnya ia simpan untuk hidupnya sehari-hari bersama ibunya.
Suatu hari ibunya sedang sakit sehingga ia berladang sendirian. saat ia tengah berladang sendirian terdengar suara auman harimau. Ia kaget dan segera mencari tempat bersembunyi. Namun terlambat, sang harimau telah menemukannya. Saat harimau akan menerkamnya, tiba-tiba harimau itu terjatuh dan tampak kesakitan. Setelah dilihat jelas, ternyata ia terkena panahan dari seseorang di balik hutan sana. “hebat, siapakah yang memanah ini? Cukup jauh jaraknya, tapi bisa tepat mengenai harimau. Meleset sedikit saja, nyawaku tidak tertolong. Aku harus berterima kasih padanya” katanya dalam hati. Terlihat bayangan seseorang dari balik hutan mendekati Isabella. “apakah kau tidak apa-apa?” katanya khawatir. “jadi tuan kah yang memanah harimau ini?” sambut Isabella ingin tahu. “hm,yah begitulah” kata si pemanah. “terima kasih tuan, bagaimana saya haruss berterima kasih pada tuan?” Kata Isabella. Tuan tersebut masih menatap Isabella. Ia terpesona akan kecantikan wajahnya. “tuan?” kata Isabella membangunkan lamunan si pemanah. “eh,iya?” katanya kaget. “jangan panggil saya tuan, panggil saja saya Dean. Siapa namamu?” si pemanah memperkenalkan diri. “nama saya Isabella, tuan. Eh, Dean” katanya sambil sedikit malu.
Setelah pertemuan tersebut, Isabella dan Dean selalu bertemu. Tak jarang Dean membantu Isabella. Setelah pulang dari ladang mereka berpisah. Isabella kembali pulang merawat ibunya, sedangkan Dean pergi.
Di kerajaan, “Kemana perginya pangeran? Mengapa sampai saat ini ia belum juga kembali,padahal saat berburu sudah usai” kata Raja kepada salah seorang pengawalnya. “mohon ampun baginda, baginda pangeran selalu saja tiba-tiba menghilang saat sedang berburu di hutan. Kami sudah mencarinya dan sampai saat ini kami masih mencarinya” sahut pengawal. Belum sempat raja memberi tiahnya pada pengawal, pangeran telah kembali. “ayahanda memanggil ananda?” sapa pangeran. “kemana saja kau? Kau harus kembali tepat waktu. Jadwalmu sudah diatur dan tidak boleh ada yang terlewat sedikit pun.” Kata Raja. “maafkan ananda,ayahanda. ananda tersesat saat sedang berburu di hutan dan tanpa sadar ananda terpisah dari kawalan para pengawal” terang pangeran. “hm,jangan ulangi kejadian bodoh ini!” titah raja. “baik, ayahanda” sahut pangeran.
Setelah itu, raja sibuk dengan urusan kenegaraan, sedangkan pangeran kembali belajar mengenai kerajaan seperti biasanya. Setelah itu, pangeran kembali ke kamarnya. Ia memandang foto Ratu yang telah lama meninggal. “ibunda, ananda ingin ibunda disini. Ada yang ingin ananda utarakan pada ibunda tentang perasaan yang sedang ananda alami” kata pangeran. “esok adalah ulang tahun ananda,sudah tiba saatnya hadiah yang ibunda janjikan pada ananda diberikan. Ananda sudah tak sabar hadiah seperti apakah yang akan ibunda berikan hingga menunggu ananda berumur 20 tahun ini”.
Esoknya, istana tampak meriah dihiasi hiasan-hiasan mewah. Seluruh bangsawan dan anggota kerajaan lain turut datang. Wajah tampan pangeran membuat para gadis anak dari para bangsawan terpesona. Tak diragukan lagi, para bangsawan memperkenalkan putri-putri mereka pada pangeran dengan harapan mungkin putrinya dapat bersanding dengan pangeran di kemudian hari. Begitulah yang dipikirkan di sekitar pangeran, sedang pangeran sendiri tengah berpikir untuk pergi dari acara tersebut dan menemukan hadiah yang ia nantikan selama 12 tahun lamanya. Sayangnya, ia tidak menemukan saat yang tepat karena saat ini banyak para undangan yang datang. Ia hanya menikmati segelas minuman sambil melamun. Di tengah kebosanan itu, ada seorang putri yang nampak bosan dan sesekali melihat wajah pangeran yang sedang bosan tersebut. Ia tersenyum “hihihii, ternyata kamu bosan juga ya?”. Sama halnya dengan pangeran, putri tersebut merasa semua yang ia miliki tidak dapat memuaskan perasaannya. Ia masih merasa kesepian, ia ingin seorang teman yang memang ingin berteman dengannya bukan karena kedudukan. Pangeran menoleh ke arah putri tersebut “ya, begitulah.aku bosan, mereka hanya mencari muka saja. Bagi mereka harta dan tahta adalah yang paling utama. Kau juga sama,kan?”. “bagiku juga sama, aku tidak butuh kesenangan yang seperti ini. Jangan menilai orang sebelum kau tahu bagaimana orangnya. Tidak baik bagi seorang penerus kerajaan berpikiran seperti itu.”kata sang putri. “hm, benar juga.yah, kali ini maafkan aku ya” kata pangeran. “namaku Siva Green, senang bertukar pikiran denganmu, pangeran White” kata putri memperkenalkan diri. “yah,sama-sama. Sepertinya sudah saatnya pesta berakhir. Aku harap kau segera menemukan teman yang kau cari itu” kata pangeran sambil berlalu. “kautidak sadar ya, aku telah menemukan salah satunya” kata putri sambil berbisik kecil yang hanya ia yang dapat mendengarnya.
Pangeran segera kembali ke kamarnya dan ia telah menemukan hadiah yang ia cari. Sampai saat ini, ia tidak mengetahui siapakah yang meletakkan hadiah-hadiah di hari ulang tahunnya hingga saat ini. Namun, pikiran tersebut tidaklah penting karena baginya hadiah itu lebih penting saat ini. Ia mulai membuka hadiah dan disana terdapat sebuah sapu tangan dan buku harian. Pada buku harian tertulis nama Aurora White. “ini kan buku harian ibunda”. Belum sempat pangeran membaca, ia dipanggil pengawal untuk melakukan kegiatan berikutnya. Pangeran segera bersiap dan meletakkan hadiahnya ke dalam laci. Setelah kegiatan usai, ia teringat akan seorang gadis. Namun, saat ini sudah larut, Isabella pasti tengah tertidur dan lagi ia tidak mengetahui rumah gadis tersebut. Pangeran terlelap. ia merasa sangat letih hari ini.
Esoknya, pangeran kembali menghilang saat berburu. Para pengawal mencarinya kesana-kemari. Di tempat lain, Isabella dan Dean kembali bertemu. Saat ini, Dean ingin membantu Isabella membawakan hasil panennya ke rumahnya. Isabella menyetujui karena Dean ingin permintaannya ini dikabulkan sebagai hadiah ulang tahunnya. Isabella berpikir untuk makan siang bersama dengan ibunya juga. Tibalah mereka di sebuah rumah sederhana yang walaupun kecil tapi terkesan hangat. Saat itu, ibunda Isabella sudah dapat berdiri meskipun sedikit sempoyongan. Isabella membantu ibunya untuk duduk di kursi sambil berbincang dengan Dean. Isabella segera memasak di dapurnya. Setelah itu mereka makan bersama. Baru kali ini Dean makan bersama. Biasanya ia selalu makan sendirian semenjak kepergian ibunya. Ia merasa sangat senang. Setelah berbincang lama, Dean pamit untuk pulang. Isabella dan ibunya sangat senang dengan kedatangan Dean.
Saat itu, pangeran ditemukan oleh para pengawal. Mereka kembali ke istana. Pangeran beruntung karena Raja sedang tidak ada di istana sekarang. Pangeran langsung ke kamarnya dan membuka hadiah yang belum sempat ia baca, yaitu diary ibunya. Ia mulai membacanya...
Hari ini aku bertemu dengan seseorang yang berbeda. Ia tak begitu tampan tapi kebaikan hatinya membuatku kagum. Awalnya, aku menyamar menjadi gadis biasa untuk kabur dari istana. Saat para pengawal mencariku aku lari ke hutan. Disana aku menanti para pengawal pergi. Setelah itu, aku malah bertemu dengan harimau. Sungguh naas nasibku. Tapi, beberapa detik kemudian aku beruntung. Harimau tersebut mati karena tombak yang dilesatkan seorang pemuda. Kemudian pemuda itu menanyakan keadaanku, ia tampak khawatir. Aku dibantunya menuruni pohon yang aku naiki saat ketakutan. Ia berkata bahwa aku cukup hebat dapat menaiki pohon setinggi itu. Aku malu dan sedikit terpesona melihatnya tertawa. Dari wajahnya terlihat kelegaan yang lepas, tampak seperti penuh syukur. Aku pun jadi ikut tertawa. Namun, yang aku dapati ia berhenti tertawa dan malah memandang wajahku. Lalu kami berkenalan, namanya Sam. Aku diajaknya ke tempat yang indah. Terdapat air terjun yang disekelilingnya terdapat taman bunga. Aku sungguh senang. Ia banyak bercerita tentang alam sekitarnya dan pengalaman-pengalamannya berburu. Saat itu aku sadar hari sudah hampir senja, aku harus kembali ke istana. Sesampainya di istana, tepat, aku dimarahi oleh para dayang yang mencemaskanku. Setelah aku membersihkan tubuhku, aku teringat aku tidak sempat menanyakan apakah esok aku dapat bertemu dengannya kembali. Huft, bodohnya aku.
Esoknya, aku bertemu lagi dengan Sam. Syukurlah aku dapat bertemu dengannya kembali. Kami menghabiskan waktu berdua dengan berbincang dan bermain dengan hewan-hewan kecil yang tampak akrab dengan manusia. Sepertinya Sam sudah membuatnya terbiasa dengan manusia. Sam itu ternyata lucu juga. Terkadang ia ceroboh, aku tahu dari cerita-ceritanya. Mulai dari ia mau memberi makan para hewan tapi lupa membawa makanannya, pulang berburu tapi lupa membawa hasil buruannya, sampai tongkat yang digunakannya berburu tertinggal di hutan sehingga ayahnya memarahinya habis-habisan. Ada saja tingkahnya yang membuatku tertawa.
Semakin lama berjumpa dengan Sam, semakin aku menyadari bahwa aku mencintainya. Begitu pula dengan Sam. Ia mengatakan bahwa ia mencintaiku. Namun, aku tak tahu kalau ayahanda telah menjodohkanku dengan seorang pangeran dari negeri lain. Aku mengatakan pada ayahanda bahwa aku sudah mencintai seorang pemuda. Namun, ayahanda malah memohon kembali padaku utnuk jangan menolak pangeran tersebut dan berkata keberlangsungan negeri ini terletak di pundakku. Aku tak mengerti. Setealah ayahanda bercerita kini aku paham. Aku adalah seorang putri mahkota. Keberlangsungan negeri ini saat ini terletak di pundakku. Aku harus mngikhlaskan perasaanku meskipun sangat berat rasanya. Esok aku harus mengatakannya pada Sam. Aku yakin ia pasti mengerti. Malam kulewati dengan air mata. Mengapa cintaku tak dapat semulus rakyatku sendiri?andai aku bukanlah seorang putri, andai aku adalah rakyat biasa
Aku mengatakannya pada Sam. Ia terdiam, lama. Aku bingung harus bagaimana. Ia memelukku erat. Ia ingin mengusahakan cara lain. Ia ingin memperjuangkan cintanya padaku dan cintaku padanya. Tapi, aku tak kuasa. Aku tak kuasa kalau terjadi sesuatu padanya. Tanpa sepatah katapun, aku pergi darinya. Beberapa hari kami tak bertemu, aku tak tahu kalau selama itu ia menungguku di tempat kami bisa bertemu. Hingga pada hari pernikahanku, ya, aku memutuskan untuk menikahi pangeran dari negeri lain. Harus kukorbankan perasaanku demi rakyat, dan demi dirinya. Pada saat upacara pernikahan, aku tak menyangka bahwa ia akan senekat itu. Ia berniat mengacaukan pesta pernikahanku seorang diri. Para pengawal segera menangkapnya. Ia dipenjarakan. Setelah pesta pernikahan, aku meminta para dayang untuk melihat kondisinya. Aku tak kuasa mendengar berita dari para dayangku. Segera malam itu aku pergi menyusup ke penjara dan membebaskan ia dengan mengelabui pengawal. Aku melihat ia menangis kesal, ia menyalahkan dirinya sendiri yang begitu lemah tak bisa memperjuangkan cintanya. Demi aku, kumohon berbahagialah. Aku tahu, Cuma ini pilihanku. Aku tak bisa membiarkan rakyatku menderita meski aku mengorbankan diriku sendiri. Aku pun sedih karena aku juga turut mengorbankanmu. Aku mohon jangan buat masalah ini semakin rumit. Dengan berat, ia menerima keputusanku. Dengan syarat bahwa aku harus bahagia jika tidak, ia akan meyalahkan dirinya sendiri bahkan akan mengakhiri nyawanya sendiri.
Beberapa tahun kemudian, aku mendengar bahwa ia telah menikah. Namun, baru sehari ia menikah aku mendengar bahwa ia mengakhiri nyawanya sendiri. Pada surat yang ia tujukan tertulis “maafkan aku, aku tak sanggup hidup seperti ini. Aku bagaikan mengkhianatimu. Aku tak bisa mengkhianatimu lagi”
Aku menangis. Di dalam kesedihanku, tanpa kusadari kondisi kesehatanku semakin memburuk. Pada putraku yang masih kecil, tak kuasa aku mengatakannya. Maafkan ibumu ini yang tak sanggup menemanimu hingga kau dewasa. Demi ibumu, perjuangkanlah perasaaanmu sendiri kelak. Ibu berharap kelak kau akan bahagia dengan gadis pilihanmu. Ibumu yang tanpa daya ini mengharapkan kau menemukan gadis yang dengan tulus mencintai dan dicintaimu.
Pangeran menangis. Ia tak tahu bahwa cerita seperti ini yang dialami oleh ibundanya. Dalam hati, ia berjanji akan memperjuangkan cintanya. Kemudian, ia teringat wajah Isabella. Ia merindukan kehadirannya. Ia mengganti bajunya. Dengan sapu tangan yang dihadiahi ibundanya ia langsung pergi menuju rumah Isabella. Ia merasa menemukan yang selama ini ia cari pada diri Isabella. Kemudian mereka berbincang-bincang dan nampak sngat menyenangkan. Ia membantu Isabella dan ibunya untuk berladang. Peluh membanjiri wajah Dean dan Isabella. Dean mengusap peluh Isabella dengan sapu tangan itu. Sapu tangan merah pemberian ibundanya. Isabella nampak kaget awalnya. Namun, senyum kembali tersungging di bibirnya. Ibunda Isablella yang melihat kejadian itu nampak terharu. Sesaat ia menyadari sepertinya ia mengenal sapu tangan itu. Kemudian ia meminjam sebentar sapu tangan itu disana nampak tulisan “S&A”. Ia kemudian menanyakan darimana Dean mendapatkan sapu tangan itu. Dean menjawab bahwa itu adalah sapu tangan pemberian ibundanya yang telah meninggal. Ibunda Isabella langsung berkata “mohon maaf baginda. Apa yang terjadi selama ini akan kami lupakan dan hamba harap baginda juga dapat melupakannya”. Ibunda Isabella menarik Isabella untuk segera pergi. Dean berkata “tunggu dulu, apa maksud semua ini?aku tidak mengerti?”. Namun, Ibunda Isabella tetap menarik tangan anaknya. Wajah Isabella pun nampak tengah kebingungan dengan tindakan yang dilakukan ibundanya. “Ibu, apa yang terjadi?mengapa tiba-tiba ibu bersikap seperti ini?apa karena sapu tangan itu?lalu mengapa ibu memanggil Dean dengan sebutan Baginda?” tanya Isabella diperjalanan. Namun, ibunya tidak menjawab dan tetap menarik tangan gadis itu untuk kembali ke rumahnya. Dean tak mengejarnya karena para pengawal telah menyadari bahwa ia tidak ada di istana. Seketika itu juga ia segera mencari jalan lain ke istana. Setelah itu ia berganti pakaian dan mengingat yang baru saja terjadi. Ia memandang sapu tangan merah yang ia pegang. Mengapa?apakah aku tak boleh mencintai seorang gadis biasa begitu pula seorang gadis biasa tidak bolehkah mencintaiku?apakah salah jika kami saling mencintai?apa yang salah?ibunda,mengapa hal ini terlarang?apakah ini merupakan aib?tidak,seperti kata ibunda, aku akan memperjuangkan cintaku.
Di rumah Isabella, suasana nampak berubah. Menjadi hening tak seperti biasanya. Ia masih terdiam sejak ibunya menceritakan sebuah kisah yang telah dialami mendiang ayahnya dan mendiang ratu, ya ratu itu adalah ibu kandung Dean. Ibu Isabellaa mengetahui perasaan suaminya yang tertanam kuat untuk sang ratu. Sebisa mungkin ia membuat suaminya agar mencintainya. Dengan tulus ia menemani dan menghibur suaminya. Namun, hal itu tak dapat mengubah keadaan suaminya, sampai pada akhirnya saat suaminya mulai membuka diri barulah mereka merasakan kehidupan sebagai suami-istri. Namun, tampaknya hal itu tak berlangsung lama karena suaminya kembali teringat sang ratu dan ia merasa bahwa dirinya telah berkhianat. Sang ayah mengakhiri nyawanya sendiri dengan meninggalkan sepucuk surat tanpa diketahui ditujukan untuk siapa. Namun, ibu Isabella segera menyadari bahwa surat itu ditujukan untuk sang ratu. Setelah sang ratu mengetahui kabar tersebut, sang ratu jatuh sakit sehingga ia meninggal dunia. Isabella menangis. Ia bingung harus sedih atau marah. Marah karena ayahnya menelantarkan ibunya dan memilih untuk menjadi seorang pengecut yang melarikan diri. Di lain sisi ia merasa sedih karena cinta ayahnya yang begitu dalam pada ratu tidak berjalan bahagia. Ibu Isabella berkata “ibu mohon, jauhi pangeran. Jauhi ia, demi kebaikanmu. Ibu tak ingin kehilanganmu,Nak. Ibu sudah begitu sedih kehilangan ayahmu, ibu tak ingin menambah kesedihan itu dengan kehilanganmu,Nak.” Isabella hanya menangis. Setelah itu, ia membaringkan tubuh ibunya yang telah lelah menangis. Ia kembali ke kamarnya. Sambil menatap bulan ia berkata “ayah, seperti itukah cinta ayah kepada ratu?begitu dalamkah sampai ayah menelantarkan kami dan memilih jalan itu?aku tahu perasaan ibu dan aku tidak ingin membuat ibu tambah sedih setelah ayah membuatnya sedih”
Esoknya, Dean menghampiri rumah Isabella. Namun, saat ini ia tak sempat mengganti bajunya karena ia mencari waktu lengah para pengawal saat sedang berburu untuk kabur. Begitu sampai, rumah itu nampak kosong. Mungkin ada di ladang, begitu pikirnya. Setibanya di ladang, ia mendapati Isabella dan ibunya sedang bekerja. Perasaannya menjadi sedikit lega. Rupanya kedatangannya telah diketahui Isabella dan ibunya. “ada apakah gerangan baginda datang kesini?” sambil berlutut bersama ibunya. Dean nampak kaget. “berdirilah,aku tak mengharapkan kalian bersikap seperti ini.ada yang ingin aku bicarakan pada kalian berdua tapi tidak disini,ijinkan aku untuk ke rumah kalian dan membicarakannya”, kata Dean. “mohon ampun baginda, hamba merasa kediaman kami tidak pantas untuk baginda kunjungi” kata ibu Isabella. “mohon pengertian baginda terhadap situasi yang akan kami dapatkan apabila para pengawal baginda menemukan baginda di kediaman kami”, kata Isabella. Dean nampak terenyuh dengan perubahan sikap keduanya, terutama Isabella. “baiklah, kalau begitu, aku ingin berbicara dengan kalian di suatu tempat yang mungkin sulit ditemukan para pengawal. Dan ini adalah perintah”, kata Dean sedikit cerdik. Jika perintah, maka mereka tidak akan bisa menolaknya dan benar, mereka menyetujuinya. Mereka pergi ke tempat biasa ibunya dan ayah Isabella bertemu. Rupanya ia menemukannya belum lama ini.
“Apa yang sebenarnya kalian pikirkan?”tanya Dean membuka perbincangan. “ mohon ampun baginda, kami tidak pantasberada di tengah-tengah kehadiran baginda. Kami hanya” kata Isabella. “Hanya apa?hanya seorang rakyat biasa?” tanya Dean sedikit berteriak. Isabella terdiam. “begitukah? begitukah yang kalian pikirkan?” tanya Dean berteriak. Sejenak suasana hening. Dean begitu kecewa mendengar apa yang dikatakan Isabella. Kemana, kemana perginya Isabella yang dulu? Apakah karena kedudukanku sebagai seorang pangeran. Ah, semua itu samar baginya. Akhirnya ia memutuskan untuk menanyakannya langsung. “Bella, jawab aku, bagaimana perasaanmu yang sebenarnya padaku?” tanya Dean. “mohon ampun baginda, hamba merasa tidak pantas memiliki perasaan ini. Sejatinya perasaan ini hanya akan menyusahkan baginda. Oleh karena itu, akan hamba..” jawab Isabella yang kemudian dipotong dengan suara Dean yang tampak melemah “ akan apa?akan kamu buang?”. “mohon ampun baginda, apalah arti perasaan hamba kepada baginda. kita lupakan saja apa yang telah terjadi dan menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa diantara kita” sambung Isabella dingin. Namun, dari balik wajahnya yang dingin, nampak wajah yang menahan tangis kepedihan. Rupanya ia juga memiliki perasaan yang sama kuatnya dengan Dean. Namun, apa daya dirinya tidak akan bisa melawan kerajaan yang berarti harus melawan negerinya sendiri. Ia memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan ibunya. Terutama, pada ibunya, ia tidak ingin menambah kesedihan bagi ibunya. Baginya perasaannya bukanlah apa-apa dibanding kesedihan ibunya bertahun-tahun yang selama itu membesarkannya seorang diri. Apalagi itu adalah anak dari suami yang ia cintai tetapi suaminya tak pernah mencintainya dan lebih memilih mengakhiri hidup dibandingkan hidup bersamanya untuk membesarkan anaknya karena suaminya menganggap hal itu adalah pengkhianatan kepada kekasih sejati suaminya, yaitu sang ratu.
“hei, tidakkah kalian mengetahui?apa arti sebenarnya dari isi surat yang ditinggalkan ayahanda Isabella?” tanya Dean memecah keheningan. “tahu baginda. Ayah saya merasa hal tersebut adalah pengkhianatan terhadap ratu, ia merasa tak bisa memaafkan dirinya sendiri sehingga ia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya” jawab Isabella. “Hm,begitukah?” kata Dean sambil tertawa getir. “ternyata kalian belum mengetahuinya. Baiklah, akan aku ceritakan hal yang sebenarnya” terang Dean.
Sam memang sungguh mencintai Aurora, tapi karena keinginan cintanyalah ia memutuskan untuk melanjutkan hidupnya. Sampai akhirnya ia menikahi seorang gadis yang rela menunggu kepulangannya dengan setia. Seorang gadis yang tak pernah lelah menunggu untuk hati yang akan mencintainya. Namun, sayang. Usaha wanita itu tidak kunjung membuahkan hasil, sampai pada akhirnya ia benar-benar menyesal karena tidak dapat melupakan ratu dan mengakhiri hidupnya karena tak sanggup menjalani pengkhianatan ini. Ya, pengkhianatan yang dimaksud adalah pengkhianatan terhadap istrinya.
Mendengar pengakuan Dean, Ibu Isabella menangis sejadinya. Ia tak sanggup menahan kesedihan itu. Ia merasa bodoh, ia menyesal bahwa suaminya tidak mencoba berusaha mencintainya padahal kenyataannya justru sebaliknya. Suaminya memilih mengakhiri hidup karena tak sanggup menyatakan bahwa usahanya sia-sia dan masih juga membayangkan ratu. Bagi dirinya itu adalah suatu pengkhianatan terhadap istrinya yang seharusnya lebih ia cintai. Ia merasa bersalah dengan rasa kasihan terhadap istrinya yang dengan rela menunggunya mencintainya.
Isabella menangis memeluk ibunya. “akankah kalian akan mengulangi kesalahan yang sama?perasaan yang sesungguhnya yang telah lahir, jangan dihancurkan. Sakit rasanya mengetahui hal yang sebenarnya itu” kata Dean.
“Sakit rasanya membuang perasaan yang telah terlanjur tumbuh, tidakkah kau merasakannya, Bella?” kata Dean lagi. Isabella masih terisak dan memeluk ibunya yang pingsan. Dean mendekatinya “kumohon, jangan hancurkan perasaan itu karena disini aku juga mempunyai perasaan yang sama dengamu”. Dean mengusap air mata Isabella yang membasahi pipinya kemudian Dean mencium bibirnya lembut. “maukah kau bersamaku?” tanya Dean lembut. Isabella mengangguk. Kemudian mereka ke rumah Isabella. Dean kembali ke istana agar para pengawal tidak dihukum oleh raja karena lalai dari tugasnya.
Ternyata berita kehilangan dean telah terdengar baginda. Seketika itu para pengawal tengah dihukum. Melihat hal itu, Dean langsung mengatakan bahwa dirinyaa begitu asyik mengejar buruan sehingga melupakan para pengawal. Begitu sadar, ia telah terpisah jauh dari para pengawal. Ia memohon pada raja untuk mengakhiri hukuman itu karena itu bukanlah kesalahan para pengawal. Kemudian raja menyetujuinya dengan syarat kalau sampai terulang lagi takkan ada penghentian hukuman dan Dean dijaga ketat selanjutnya. Hari-hari berlalu, Dean sulit menemukan celah untuk pergi dari istana. Ia sangat merindukan Isabella yang kini telah menjadi kekasihnya.
Akhirnya, setelah penantian panjang, Dean memiliki kesempatan untuk pergi dari istana dan tentu saja ia langsung berlari dan berlari hingga tibalah ia di rumah itu. Rumah dimana kekasihnya tinggal. Disana ia disambut dengan hangat oleh Isabella dan ibunya. Ia bahagia karena ibu Isabella mau menerima kehadirannya dan yang lebih membuatnya bahagia adalah bahwa Isabella juga menyambut cintanya.
Isabella nampak semakin cantik karena ia merasa begitu bahagia bersama dengan Dean. Ketiganya tidak menyadari bahwa rumah tersebut telah diselidiki oleh para pengawal yang diam-diam mengikuti Dean. Saat itu juga pintu didobrak, seketika amarah raja menggema. Isabella dan ibunya dibawa oleh para pengawal. Tak luput Dean pun dibawa oleh pengawal. Bak tahanan yang begitu buruknya, Isabella dan ibunya dibawa ke istana. Melihat hal itu Dean berusaha meronta melepaskan genggaman para pengawal. Namun, hal itu tidaklah membuat raja iba.
Tampaknya raja telah mengetahui perasaan ratu dahulu. Namun, yang ia tahu hanyalah ada seorang pemuda yang berani mencintai istrinya begitu pula istrinya. Ia merasa ratu mengkhianatinya. Namun, ia tak mengetahui keberadaan pemuda itu, yang ia tahu hanyalah berita kematian pemuda tersebut. Dibalik kesenangan raja yang sesaat, ia harus mengalami kesedihan akan kehilangan istrinya. Kesedihan itu berubah menjadi amarah setelah diketahui bahwa Isabella adalah anak dari pemuda itu. Ia menjatuhi hukuman mati untuk Isabella.
Dean tidak menerima hal itu, bagaimana mungkin?kesalahan apa yang diperbuat Isabella sampai ia harus dijatuhi hukuman seperti itu?aku hanya mencintainya dan ia juga mencintaiku, apa itu salah?Dean bersumpah bahwa jika hal itu terjadi, ia sendirilah yang akan menghancurkan negerinya. Sia-sia pengorbanan ibundanya selama ini. Ia menyadari bahwa ternyata dirinya begitu lemah. Namun, ditengah rasa putus asanya ia menerima kunjungan dari putri Siva. Ternyata saat Dean, Isabella dan ibu Isabella sedang berbincang di tengah hutan, Siva tengah kabur dari istananya dan bersembunyi di atas pohon. Ia mendengarkan semua hal yang tengah terjadi. Kemudian ia berkata “dean,jangan khawatir, aku akan mencari cara untuk membantumu. Setidaknya, untuk kalian bertemu dulu.” “bagaimana mungkin?penjagaan disni begitu ketat?” tanya Dean putus asa. “Hei, kau..!tidakkah kau tahu?Isabella tengah menunggumu di dalam tangisannya. Ia bahagia karena ia membela dan mempertahankan cintanya padamu ditengah kesedihan bahwa ia akan mati meninggalkan dunia ini, ibunya dan dirimu. Pernahkah kau membayangkan bagaimana rasanya?apakah kau akan menyia-nyiakan kesempatan ini?jangan bodoh, Dean” sesal Siva. “baik,bagaimana caranya?” tanya Dean mencoba menghilangkan rasa putus asanya.
Siva menyamar menjadi dayang dan membawakan makanan untuk para penjaga. Rupanya makanan tersebut telah diisi obat tidur. Entah darimana gadis itu mendapatkannya. Seketika itu, ia membuka pintu penjara dan membebaskan Isabella dan ibunya. Saat itu juga mereka berpencar, Siva meminta Isabella untuk melalui jalan lain dan berkata bahwa Dean ada disana tengah menunggunya. Isabella tidak tahu bagaimana caranya ia berterima kasih pada gadis itu. Namun, Siva hanya meminta agar ia menjadi temannya setelah urusan ini selesai. Isabella melewati jalan yang diberitahukan oleh Siva. Saat tengah berlari, tiba-tiba ia disekap oleh seorang pengawal. Ia meronta-ronta dan menggigit tangan pengawal itu. Namun, dengan cepat pengawal tersebut mendekati wajahnya dan ssssttt, ternyata itu adalah Dean. Mereka berdua segera pergi. Melewati dinding istana yang kokoh. Rencana mereka mulus karena ternyata Siva membuat seluruh pengawal tertidur. Hm, tuan putri yang cerdik, pikir Dean. Dengan mudah mereka dapat lolos dari istana. Mereka bertemu dengan Siva dan ibu Isabella diluar istana. “huh, lama sekali. Apa saja yang kalian lakukan?” kata Siva, perkataan yang dinilai tidak sopan untuk seorang putri. Dean, Isabella dan ibunya kaget mendengar ucapan Siva. “ah, sudahlah, ayo ikut aku”perintah Siva.
Siva membawa mereka ke hutan sampai merasa cukup aman, mereka beristirahat. Namun, tidak satupun dari mereka yang dapat tidur. Saat sebelum matahri terbit dan kabut masih memenuhi langit, mereka kembali pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari negeri yang tidak membiarkan cinta keduanya bersatu. Pada siang hari mereka sudah tampak begitu jauh dari istana. Siva menyarankan agar mereka ke istananya saja. Mereka pun bergegas menuju istana Green. Namun, entah darimana datangnya, panah menembus bahu kiri Isabella. Seketika Isabella terjatuh. Dean tak bergeming, ia berteriak “tidaaaaaaaak, Bella, Bella?” sambil memeluk Isabella. Siva melihat ke arah panah tersebut ternyata itu adalah salah satu pengawal kerajaannya. Rupanya ayahnya telah menerima kabar dari raja White. Ini pasti ada yang salah, ayah tidak mungkin melakukan ini, pikirnya. Demi menyelamatkan nyawa Isabella, Siva pun mengaku bahwa dirinya adalah putri dari kerajaan Green dan ia memerintahkan pengawal itu untuk membawa mereka ke istana secepatnya. Awalnya para pengawal itu bingung, tapi dengan cepat Siva mengatakan “apa kamu sudah berani melawan perintah putri mahkota?”, dengan sigap para pengawal membawa mereka ke istana. Di istana, Siva memerintahkan para dayang untuk mengobati Isabella. Ia segera menghadap ayahnya dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Beruntung perkataan Siva dipercaya oleh ayahnya karena selama ini Siva memegang teguh kebenaran dan keadilan sebagaimana telah diajarkan almarhum ibunya.
Syukurlah nyawa Isabella masih bisa diselamatkan. Raja Green memanggil Dean untuk menghadap. Ia berkata “ rupanya kau putra itu. Almarhum istriku menugaskanku untuk mengirimkan hadiah yang tanpa kuketahui isinya untukmu tanpa kuketahui kepada siapa aku harus mengalamatkannya pada pelayanku. Begitu kutanyakan pada pelayanku kepada siapa ia mengirimkannya, ia tak mau bicara karena ia telah berjanji pada almarhum istriku. Beristirahatlah, kau aman denganku sekarang”. Raja Green memeluk dan menepuk bahu Dean. Dean terharu. Andai ia adalah ayahku, pikirnya.
Sudah tiga hari Isabella belum membuka matanya. Namun, Dean tetap setia menunggu di samping tempat tidurnya. “hei, beristirahatlah. Kau belum beristirahat sejak tiga hari lalu dan sampai kapan kau tidak mau makan?” kata Siva yang tiba-tiba masuk ke sebuah kamar yang memang disediakan untuk Isabella dan ibunya. “saat ia membuka matanya, aku ingin ada di sampingnya” Jawab Dean yakin. Mendengar itu, Siva hanya bisa menghembuskan nafas dan lebih memilih untuk meninggalkan mereka.
“sayang, aku mohon bangunlah. Tidakkah kau merasakan bahwa aku merindukanmu, merindukan senyummu?bangunlah,demi cinta kita” kata Dean parau sembari mengenggam erat tangan Isabella. Ia mulai meneteskan air mata. Ia tak sanggup melihatnya, gadis yang ia sayangi terbaring lemah kemudian Dean mengecup bibirnya. Dean tak sanggup lagi, ia menangis terisak. Saat itu ia merasakan bahwa pada genggaman tangannya bergerak meskipun lemah. Begitu ia melihat wajah isabella, ia mengucap syukur. Isabella terbangun dan memandang wajahnya. “demi aku, jangan menangis” kata Isabella pelan. Namun, tangis Dean semakin menjadi. Siva merasa bingung mendengar Dean menangis kencang. Begitu masuk, ia melihat Dean sedang memeluk Isabella. Siva merasa lega dan menangis bahagia. Ia segera memanggil para dayang untuk memeriksa keadaan Isabella. Ibu Isabella pun turut terbangun setelah lelah berhari-hari menjaga gadis itu. Ia pun menangis bahagia bahwa putrinya kembali bangun.
“Hai Bella” sapa Siva. Isabella pun memeluk Siva. Ia begitu bersyukur bahwa Siva mau membantu mereka bertiga. Siva agak kikuk juga ternyata melihat reaksi Isabella.
Raja Green tengah memikirkan cara untuk membuat Raja White mengerti. Ia yakin bahwa teman sejak kecilnya itu salah paham. Raja Green memanggil Siva untuk membicarakan masalah ini dan meminta pendapat putrinya tentang apa yang sebaiknya ia lakukan. Namun, dibalik keyakinannya itu putrinya memberikan sebuah ide mencengangkan. Putri Siva mengatakan bahwa “serahkan saja pada ananda, Ayahanda”
Ia meminta agar ayahnya membuat pertemuan dengan Raja White tanpa pengawalan satu pun. Ayahnya menyanggupi. Segera raja green memberikan sebuah undangan. Dengan mengelabui untuk mengadakan siasat mencari Dean, Isabella dan ibunya, Raja White datang dengan disertai pengawal. Namun, raja White mempersilakan para pengawal untuk beristirahat dan membicarakan bahwa pertemuan ini sebaiknya dibicarakan secara empat mata terlebih dahulu. Disana Siva dan para dayang tengah bersiap. Raja white mengatakan bahwa akan ada pertunjukkan sebagai hiburan setelah pertemuan selesai.
Pertemuan segera dimulai, Raja White mengetahui semua perasaan temannya tersebut berikut rencana yang akan dilakukan untuk pencarian dan perlakuan apa yang akan mereka bertiga terima. Namun, ia takkan mengatakan hal yang ia ketahui terlebih dahulu. Setelah selesai, Raja White memberikan tepuk tangan, tanda bahwa pembicaraan mereka telah usai.
Para dayang bermunculan dengan mengenakan kostum, ada yang berkostum sebagai gadis dan pemuda bangsawan yang terkadang berganti kostum bak seorang rakyat biasa, ada yang berkostum sebagai wanita setengah baya, ada pula yang berkostum sebagai gadis dan pemuda dari rakyat biasa. Disana dikisahkan tentang semua yang dialami ibunda Dean, dan ayah Isabella, juga Ibunda Siva yang ternyata adalah sahabat dari ibunda Dean. Ia mengetahui semua yang dirasakan ibunda Dean, Ratu White tersebut. Lalu tentang isi diary, surat-surat dan hadiah-hadiah yang dipersiapkan untuk pangeran Dean. Tak lupa kisah tentang pertemuan Dean dan Isabella dipertunjukkan. Tersebut juga sebuah puisi
Aurora dan Sam adalah kisah cinta dari dua dunia yang berbeda
Mereka berjumpa dan saling mencinta, tetapi akhirnya terpisah
Bagi mereka dunia dipenuhi warna-warni bunga cinta nan indah
Mereka terlena tanpa menyadari bahwa dunia menentangnya
Inilah kisah cinta yang lara
Perasaan yang telah tumbuh harus dikorbankan
Bagaikan daun yang berguguran
Sayang, jalan itu yang harus ditempuh
Terpaksa mereka lakukan
Demi cinta yang telah tumbuh
Setelah pertunjukkan usai diperlihatkan isi surat yang ditujukan kepada Raja White, begitu membukanya ia menyadari bahwa surat tersebut ditulis dari istrinya.
"Maafkan aku yang tak bisa mencintaimu seperti aku mencintainya. Di dalam kebingungan aku memilih untuk hidup bersamamu demi rakyatku. Aku tahu, tindakanku ini pasti tidak termaafkan olehmu, hanya saja jika kabar aku mencintai seorang pemuda itu sampai terdengar olehmu, aku tak sanggup membayangkan apa yang akan kamu lakukan terhadapnya. Kesalahankah jika aku mencintai seorang pemuda biasa? Ketahuilah, perasaanku telah ada jauh sebelum aku mengetahui bahwa kita telah dijodohkan. Ini bukanlah pengkhianatan terhadapmu seperti anggapanmu itu. Aku sudah berusaha untuk mencintaimu. Namun, tetap tidak bisa. Saat kudengar ia mengakhiri nyawanya karena menyesali apa yang telah menjadi keputusanku, aku tak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Aku tak memikirkan perasaannya di kemudian hari, juga perasaanmu. Jangan biarkan putra kita memilih jalan yang salah seperti yang telah dipilih ibunya yang bodoh ini. Maafkan aku, tidak ada lagi kata-kata yang pantas kuucapkan padamu selain kata itu. Satu hal yang kuingin darimu, kebahagiaan sejati bukanlah terletak pada tahta dan harta, tapi kebahagiaan sejati adalah rasa nyaman yang diberikan orang yang kita kasihi. Perasaan saling berbagi dari rasa cinta dan kasih sayang. Biarkan putra kita merasakannya."
Raja White terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, tak beberapa lama kemudian air mata membasahi pipinya. Ia sadar bahwa anggapannya selama ini salah. Ia kemudian berkata “apa yang telah aku lakukan? Bagaimana aku harus membayar semua ini?”. Raja Green mendekatinya dan memeluknya “tenanglah sahabatku, semua belum terlambat. Masih ada kesempatan dan harapan. Memang semua itu tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi setidaknya kita dapat mencegah hal itu untuk tidak terulang kembali.”
Terdengar pintu terbuka. Siva membuka pintu. Menepuk tangannya. “Bagaimana baginda Raja White?” katanya. “hm, yah” belum sempat selesai Siva memotong “eit, jangan dikatakan pada saya, paman. Katakan pada seseorang yang ada dibelakang saya” kata Siva lagi. Dibelakang Siva terlihat bayangan Dean. Ia masih ragu apakah ayahandanya akan menerima perasaan yang tengah dirasakan anaknya.
“Kemarilah,putraku”. Dean mendekati ayahandanya. “maafkanlah ayahandamu ini yang telah salah mengerti” kata raja White sambil memeluk putranya. Ia kembali menangis. Dean tak kuasa menahan tangis. Ayah dan anak tersebut menangis bersama. Setelah menguasai diri “dimanakah gadis itu?” kata Raja White kepada Dean.
Saat itu Siva menarik tangan Isabella untuk masuk ke dalam ruangan. Saat itu Isabella bagaikan disihir dan berubah menjadi layaknya seorang putri raja. “inilah calon menantu paman, bagaimana? Cantik,kan?” kata Siva.
Raja White memandang Isabella. Ia tampak takjub. Ia berjalan mendekati gadis itu dan betapa terkejutnya Dean, dan Siva. Raja White bersimpuh meminta maaf kepada Isabella. Tak kuasa berkata-kata, Raja White kembali terisak. Isabella tertegun, ia bingung apa yang akan ia lakukan. Dengan cepat ia memegang bahu Raja dan mengangkatnya “Semua adalah kesalahpahaman semata. Alangkah lebih baiknya jika semua kembali dimulai dengan baik. Semua yang telah terjadi, mari kita jadikan pelajaran. Demi cintaku pada Dean, baginda telah kumaafkan jauh sebelum baginda memintanya” kata Isabella lembut.
Tak berapa lama, sekeliling istana menjadi meriah, penuh haru kebahagiaan. Upacara pernikahan Dean dan Isabella pun segera dilaksanakan.
Pada kisah cinta yang berasal dari dua dunia, jangan biarkan perbedaan itu menjadi penghalang. Yakinlah pada hati, dan hati yang penuh cinta suci akan menuntunmu pada kebahagiaan. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar