Rabu, 28 Agustus 2013

Jelang Pentas 2014, Benarkah Partai Demokrat tidak lagi Pede? Berlebihankah Judulnya

http://politik.kompasiana.com/2013/08/28/jelang-pentas-2014-benarkah-partai-demokrat-tidak-lagi-pede-587758.html
Berlebihankah judul diatas???
Pentas 2014 yang semakin dekat seolah membuat kita semua tak mampu mengelakkan tema obrolan dari hal yang berbumbu politik, sekalipun tidak memiliki latar belakang dunia politik, sadar atau tidak opini – opini pun bergulir. Lebih – lebih muatan informasi dari media massa yang mengulas event lima tahunan tersebut, sungguh gurih untuk dikunyah. Teraktualnya apalagi kalau bukan konvensi calon presiden Partai Demokrat, partai berlambang mercy tersebut memang tengah berjuang mati – matian mengembalikan kepercayaan publik. Berbeda dengan dua pemilu sebelumnya yang miskin figur, kali ini diramaikan dengan pendatang – pendatang baru, ketika yang lain mulai memunculkan rising star, demokrat justru sedang menambal perahu yang bocor. Konvensi terbuka disebut – sebut langkah politik yang mampu memperbaiki citra partai, dan demokrat sadar betul pemilihan langsung sangat bergantung pada figur. Dari nama – nama yang diundang mengikuti konvensi, Demokrat menunjukkan citra sebagai partai yang terbuka, benarkah??? 
http://ramalanintelijen.net/wp-content/uploads/partai-demokrat-bendera.jpg
Sejarah Besar, Kegelisahan dan Etika
Sebagai pendatang baru pada pemilu 2004 nyatanya Demokrat mampu mendudukkan SBY sebagai orang nomer satu di republik ini, mengalahkan incumbent, tokoh reformasi, juga Mantan Panglima ABRI, fantastis!!! Pemilu selanjutnya menjadi lebih mudah, mengusung slogan anti korupsi Demokrat berhasil melanjutkan kesuksesan sebelumnya, atau ini justru awal petaka tersebut. Seolah ada skenario besar yang terjadi pada tubuh Demokrat, perlahan perahu yang didirikan SBY ini mulai lapuk dimakan rayap. Slogan Anti Korupsi itu sendiri yang justru mengerat tubuh partai, satu persatu tokoh muda demokrat rontok dan terpaksa menjadi pasien KPK, Seolah ada hubungannya dengan hasil Kongres Demokrat yang memenangkan Anas Urbaningrum menjadi Ketua Umum. Semakin tinggi pohon akan semakin kencang angin bertiup, wajar. Namun Terlanjur jatuh citra demokrat yang dulu dikenal sebagai partai putih dimata publik, dan minimnya calon Putra Mahkota dari internal sendiri karena sebagian harus dirawat KPK, sementara berdasarkan hasil survei kubu oposisi masih leading. SBY sedang bertaruh besar dalam hal ini, konvensi yang abu – abu peraturannya, belum lagi sistem undangan yang menciderai etika. Tokoh besar seperti Jusuf Kalla mantan wakil presiden yang juga mantan Ketum Partai Golkar juga diundang, sebuah pertanyaan patutkah??? Dari kapasitas nya jelas JK sudah selevel dengan SBY, kurang etis rasanya menguji kelayakan beliau. Ada pula Endriartono Sutarto Mantan Panglima TNI sebelumnya merupakan ketua Dewan Pertimbangan NASDEM, yang akhirnya diberhentikan dari jabatannya karena mengikuti konvensi, bukankah salah satu ciri khas politik SBY adalah santun???
Konvensi yang berjalan sehat, transparan dan menjunjung tinggi demokrasi sedikit banyak bisa membantu Demokrat menghadapi krisis. Tokoh muda seperti Anies Baswedan ataupun tokoh yang mengusung semangat pembangunan Daerah Irman Gusman akan memberi warna tersendiri di antara nama – nama lainnya. Meski segelintir berkembang opini dukungan Cikeas terhadap adik ipar Presiden (Pramono Edhie Wibowo) juga justru bisa memperburuk citra Demokrat dan membentuk citra politik dinasti dihadapan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar